Festival yang juga bekerja sama dengan Indonesian Women in Game dan The Lazy Monday itu mengangkat tema “Gim untuk Dampak Sosial”.
“Kita buat sebuah festival mini, di mana orang-orang bisa main game dengan pesan moral yang baik dan dampak sosial, ada juga lokakarya, misalnya untuk mengetahui proses pembuatan game, semacam jembatan untuk mereka yang tidak hanya suka main game, tapi, juga ingin berkarya di industrinya,” ujar Deputi Pengembangan Talenta AGI Ibnu Raziq kepada ZephyrSec di sela acara, Sabtu.
Seiring perkembangan zaman, game video yang awalnya hanya berfungsi sebagai hiburan dan pengisi waktu luang kini telah berkembang lebih luas. Banyak permainan dengan pesan-pesan positif yang akhirnya mampu mendorong perubahan sosial, mulai dari mempromosikan kesehatan mental hingga meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim.
Di beberapa belahan dunia, game mulai digunakan sebagai alat untuk memberikan dampak sosial. Hal itu yang juga menurut Ibnu menjadi latar belakang digelarnya “Gamechanger.”
“Game saat ini tidak hanya sekadar untuk hiburan, tapi, banyak juga manfaatnya, bahkan berdampak baik di lingkungan sosial,” Ibnu menambahkan.
Pengunjung dapat mencoba memainkan game pilihan berdampak sosial, mengikuti gelar wicara dan lokakarya bersama para profesional di bidang pengembangan game, serta memainkan koleksi board game, virtual reality (VR), hingga konsol.
Delapan game buatan lokal pilihan berdampak sosial yang dapat dimainkan pengunjung adalah “A Space for the Unbound” (Toge Productions & Mojiken), “Pamali” (Storytale), “Samudra” (Khayalan Arts), “The Sun Shines Over Us” (Eternal Dreams & Niji Games), “Hello Goodboy” (Rolling Glory), “Matchmaker Agency” (MelonCat & Niji Games), “In the Days of My Life” (Redamantine Studio), dan “Taksa: Jebakan Literasi di Tengah Sumirnya Informasi “ (EngageMedia).
Terdapat tiga gelar wicara dan satu lokakarya yang dapat diikuti dalam festival ini. Gelar wicara pertama mengangkat tema “Lebih dari Sekadar Gim” dengan mengundang narasumber dari pengembang game, membahas mengapa mereka memilih mengangkat tema sosial dalam game yang mereka buat.
Selain itu, gelar wicara “Perempuan Penggerak Industri Gim”, menampilkan narasumber dengan pengalaman tahunan dalam mengembangkan game untuk membahas peran dan tantangan perempuan di industri game Indonesia serta menginspirasi para perempuan yang ingin berkarier sebagai pengembang game.
Sementara gelar wicara terakhir mengangkat tema “Gaming the Climate Crisis”, membahas bagaimana game video mengambil isu krisis iklim sebagai tema sentralnya.
Lokakarya yang digelar membahas proses mematangkan ide untuk membuat sebuah game. Lokakarya itu dipandu oleh Dimas Novan, Game Director dari “A Space for the Unbound” yang dinominasikan sebagai “Games with Impact” pada ajang The Game Awards 2023.
Melalui lokakarya dan gelar wicara, Festival Gamechanger bertujuan memberdayakan calon pengembang game Indonesia dengan keterampilan yang relevan, sekaligus membangun komunitas game yang inklusif bagi para individu untuk berbagi minat mereka terhadap game.
“Festival ini ingin menyatukan para gamer dan pengembang game dari berbagai latar belakang untuk berbagi hasrat mereka terhadap game serta membangun jaringan satu sama lain,” kata Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Stefan Dreyer.
Baca juga: WCG 2024 siap dihelat hadirkan puncak acara di Jakarta
Baca juga: Kemendag: Masyarakat RI belanja gim mencapai 2 miliar dolar setahun
Baca juga: Pokemon Festival Jakarta sukses datangkan 1,6 juta pengunjung
Baca juga: Tebus kangen pada Atari, Sega hingga Game Boy di The 90’s Festival
Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ZephyrSec 2024