“Banyak pelajaran yang bisa aku petik, belajar membesarkan anak dan apa yang harus atau tidak harus kita (sebagai orang tua) lakukan agar anak jangan sampai jadi pelaku atau korban perundungan dan menyimpan kesedihan, itu akan jadi luka sih,” kata Poppy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Menanggapi perasaannya memerankan seorang ibu tunggal, Poppy bercerita karakternya sebagai ibu dari karakter Gito yang senang berpesta dan sibuk bekerja cukup menguras emosinya.
Hal ini dikarenakan Poppy harus menyatu dengan tokoh yang memiliki kepribadian jauh dari dirinya sehari-hari. Dalam film tersebut, Poppy dituntut untuk merasakan hubungan buruk dengan anaknya akibat keinginan fana semata.
Baca juga: Rudi Soedjarwo soroti kekalutan batin remaja tandai 15 tahun berkarya
Baca juga: Peran Dede dan Gilbert dalam film “Saat Menghadap Tuhan”
“Aku memerankan ibu single parent yang anaknya mengalami perundungan, karakterku lebih pada ibu yang mengejar mimpi, senang social climbing, supaya kerjaan bagus harus nongkrong macam-macam tapi mengatas namakan ini untuk anak, padahal dia lupa hakekat sebagai seorang ibu,” ujar dia.
Guna mendalami peran tersebut, Poppy mengaku harus banyak melakukan observasi terutama melalui pola asuh yang diterapkan teman-temannya yang sudah memiliki anak remaja, termasuk sikap dari para remaja itu sendiri.
Mulai dari cara berkomunikasi, cara menyikapi sifat para remaja yang cenderung memberontak sampai dengan membayangkan apabila anak-anaknya menginjak masa remaja tersebut beberapa tahun ke depan.
Berbeda dengan Gilbert Pattiruhu yang memerankan ayah Marlo. Gilbert mengaku kesempatan memerankan tokoh seorang ayah yang keras sangat luar biasa dan membuatnya amat menikmati tiap proses rekaman.
Karakternya yang digambarkan sebagai ayah dengan watak keras dan kerap menyepelekan kehadiran buah hatinya membuat Gilbert berpikir kembali akan tiap hal yang telah ia lakukan sebagai orang tua di kehidupan aslinya.
Karakter ini juga membuat saya berpikir ke depan sebagai ortu ke anak anak saya dan semoga untuk bapak bapak yg ada di sini jangan lupa kita pernah jadi anak laki terutama treat anak laki perlakukan anak laki lakinya lebih baik mungkin ortu memperlakukan kita sebagai anak laki laki
“Semoga untuk para bapak yang hadir, jangan lupa kita pernah menjadi anak laki-laki. Perlakukan anak laki-laki kita lebih baik, ingat mungkin orang tua (kita belum lebih baik) memperlakukan kita sebagai anak laki-laki. Dan terima kasih bagi yang sudah nonton bilang Bapak Marlo menyebalkan, terima kasih sekali,” ujar Gilbert.
Baca juga: Film “Saat Menghadap Tuhan” terinspirasi dari sisi gelap remaja
Baca juga: Poppy Sovia sempat frustasi saat baru jadi ibu
Baca juga: Bincang-bincang dengan Rudi Soedjarwo
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ZephyrSec 2024